Kegiatansosial ini merupakan aksi rutin yang sudah biasa dilakukan oleh personil TNI-AU di Pekanbaru. Kali ini, aksi sosial dilaksanakan di Swiss Bell Inn, Jumat 17 November 2017. Danlanud Rsn Marsma TNI TBH Age Wiraksono mengatakan bahwa aksi donor darah ini merupakan bukti dari kemanunggalan TNI AU bersama dengan rakyat yang hadir
WaliKota Eri Cahyadi Haramkan Lurah, Camat dan Puskesmas Minta Fotokopi KTP dan KK; Wali Kota Keluarkan SE Pedoman Perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 77 di Surabaya; Dinkes Kota Surabaya Sasar 20.000 SDM Kesehatan untuk Vaksin Booster ke-2; Wali Kota Eri Cahyadi dan Ning Rini Indriyani Puji Karya Lukisan Disabilitas
SEHATBERSAMA DENGAN DONOR DARAH Siapa sih yang gak mau punya tubuh sehat? Pasti semua orang ingin selalu sehat donk. Sehat adalah impian setiap orang. Karena dengan tubuh sehat, kita bisa melakukan aktivitas dengan baik. Lomba melukis ini bertema "KEMANUNGGALAN TNI-RAKYAT". Kegiatan LOMBA LUKIS JUARA 1 !!!
SURABAYABEBAS – Satnarkoba Polrestabes Surabaya berhasil meringkus dua pengedar barang haram sabu, ganja dan pil koplo, di rumah kontrakan Jalan Raya Ngeni Kepuh Kiriman Waru Sidoarjo, pada Senin, (11/07/2022). Kedua pelaku yang berhasil diringkus polisi berinisial, TK (35 tahun), mereka merupakan warga Jalan Rungkut Menanggal Kec. Gunung
NajibRazak Momentum Sinergi Antara Seniman monas tutup monumen mig 17 fresco mou MoU Kementan dengan Dunia Perunggasan Moussa Sissoko MPV murah ms hidayat ms kaban MU Muchlisin Muchtar mudik gratis mudik gratis mabes tni muhaimin iskandar muhammad lutfi muhammadiyah mui mukernas ppp muna barat mundur dari jabatannya
Caramewujudkan perlawanan rakyat semesta adalah dengan mempersenjatai rakyat secara psikis dengan ideologi Pancasila dan secara fisik dengan keterampilan bela negara yang diselenggarakan oleh pemerintah. Di samping itu, kemanunggalan ABRI – rakyat yang merupakan “Conditio Sine qua non” (syarat mutlak). c. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 1998
. Dandim 0734/Yogyakarta, Kolonel Arh Zaenudin, FOTO/IST Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia membuktikan bahwa kemanunggalan TNI dengan rakyat merupakan sebuah capaian dalam merebut maupun mempertahankan kemerdekaan. Pada saat sidang BPUPKI Juni Tahun 1945, Muhammad Yamin menyampaikan gagasannya tentang pertahanan Indonesia yang saat itu belum memiliki konsep. Yamin berucap “…tanah tumpah Indonesia yang kita ingini harus menjadi daerah Negara Republik Indonesia yang kita putuskan. Kita ambil seluruh tanah Indonesia menjadi daerah Indonesia dan tidak memberikan sejengkal kekuasaan Republik Indonesia yang kita ingini."Pidato Yamin dalam BPUPKI merupakan gagasan penting dalam meletakkan konsep pertahanan negara yang melindungi segenap tumpah darahnya. BPUPKI yang kemudian digantikan oleh PPKI dalam merumuskan proklamasi dan konstitusi negara menyatakan bahwa sistem pertahanan yang dianut Indonesia adalah pertahanan rakyat semesta sishanrata. Konsep ini dimuat dalam alenia keempat yakni “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…” serta Pasal 30 ayat 2 UUD 1945. Sishanrata sudah mengiringi berbagai operasi militer yang tentunya berhasil seiring dukungan dari rakyat. Pertempuran Ambarawa pada bulan Oktober 1945 menjadi bukti pertama keberhasilan Sishanrata. Saat itu Kolonel Sudirman menggunakan strategi “Supit Urang” sebagai strategi tempur modern pertama yang berhasil mengalahkan sekutu. Sosok yang kemudian menjadi Panglima Besar Sudirman ini bekerja sama dengan rakyat yang memahami seluk-beluk wilayah Ambarawa untuk membantu taktik supit mengepung sekutu. Kemenangan pun diraih pasukan TKR bersama TNI dengan rakyat terikat erat karena satu tekad dan tujuan, yakni mempertahankan negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI menyatakan bahwa jati diri TNI adalah Tentara Rakyat, Tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Jati diri tersebut menegaskan sikap TNI yang selalu konsisten menjalankan tugas pokoknya dengan penuh semangat untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa Indonesia secara profesional tanpa membeda-bedakan suku agama ras maupun diri TNI adalah asas bangsa yang dibutuhkan termasuk saat ini bangsa Indonesia yang diuji dengan isu disintegrasi sosial baik peristiwa di Papua maupun gelombang protes di sejumlah daerah. Di sinilah peran TNI dalam meredam eskalasi agar tidak meluas, tidak mengakar, dan tidak merusak persatuan bangsa. Begitupun dengan disrupsi teknologi yang berpotensi menambah ancaman non konvensional seperti kejahatan siber, radikalisme digital, sindikat narkoba internasional, terorisme serta pergeseran budaya. Segala potensi ancaman tersebut merupakan tantangan yang perlu disikapi serius oleh TNI tanpa menghilangkan konsep kemanunggalan bersama rakyat. Harus diakui pada saat bergulirnya reformasi, TNI sempat tersekat dan berjarak cukup jauh dengan rakyat. Namun reformasi internal yang terus dilakukan membuat TNI lebih profesional, hingga pada tahun 2018 menurut survei LSI, TNI dinobatkan sebagai institusi paling dipercaya rakyat dengan angka tertinggi 90,4 persen melebihi KPK sebesar 89 persuasif terus dilakukan untuk merawat kekuatan TNI. Sebesar apapun dinamika sosial, TNI akan mampu adaptif dengan segala kemampuannya. Saat ini atau gelombang milenial mewajibkan prajurit TNI harus adaptif agar mampu mengimbangi keinginan era milenialisme. Salah satunya dengan pendekatan humanis. Humanisme dalam TNI tidak lantas menyurutkan kemampuan menguasai taktik dan teknik pertempuran. Kemampuan ini adalah lagkah visioner TNI untuk menyatukan taktik militer dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan. Perpaduan kekuatan militer dengan pendekatan kemanusian akan menjadi kekuatan terpendam TNI sekaligus membawa TNI bertahta di hati rakyat. Tahta di Hati RakyatBertahta di hati rakyat bukan berarti TNI sebagai penguasa rakyat. Makna bertahta merupakan Alegori dalam struktur majas bahasa. Alegori menggambarkan perasaan yang dekat antara subjek satu dengan subjek kedua. Tahta dalam perspektif alegori adalah kesetiaan TNI yang melekat di hati rakyat. Makna ini menggambarkan adanya hubungan saling percaya dan saling terikat. Hakikatnya adalah TNI benar-benar hidup di hati tahta di hati rakyat melalui prinsip “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Prinsip ini mengandung unsur humanisme yang dijabarkan melalui pendekatan budaya. Pendekatan budaya dapat berupa pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Profesor Hukum asal Amerika Serikat, Lawrence M Friedman mengatakan, sekalipun dalam satu masyarakat terdapat aturan hukum yang bagus dan prosedur penegakan hukum yang juga bagus, keduanya tidak akan berjalan baik tanpa pendekatan budaya. Budaya ditempatkan sebagai komponen terpenting dalam bekerjanya hukum. Melalui budaya, tatanan hukum akan dapat diterima dengan baik. Begitupun juga dengan TNI yang perlu memahami lingkungan geografis maupun sosial untuk memulai pendekatan prajurit TNI terutama oleh aparat pembina teritorial dapat memilih metode pendekatan mana yang paling mungkin digunakan di masyarakat binaannya. Langkah pertama adalah pemetaan struktur masyarakat. Selanjutnya pemilihan metode apakah melalui pendekatan bahasa, pendekatan etika, maupun pendekatan langsung. Pendekatan yang terus dipupuk dapat dikatakan berhasil jika terdapat kesamaan visi antara prajurit TNI dengan masyarakat binaannya. Pendekatan ini akan membangun hubungan emosional yang kuat, lebih kuat daripada hubungan emosional yang dibangun dalam kondisi normal. Semuanya berangkat dari kemampuan diri sebagai seorang pembina. Apabila ada kekurangan, celah tersebut wajib ditutup dengan belajar dan berlatih. Untuk mendukung pedekatan budaya, yang paling realistis adalah membentuk keluarga asuh. Program ini sudah diterapkan dalam program TNI Manunggal Membangun Desa. Setiap prajurit dalam kegiatan TMMD wajib memiliki keluarga asuh selama kegiatan dilaksanakan. Para aparat komando kewilayahan dapat menerapkannya untuk membangun dan memperbanyak hubungan keluarga asuh. Bagi setiap prajurit, keluarga asuh dapat berfungsi sebagai media informasi pertama sekaligus menangkal isu propaganda yang daya ledaknya dapat memicu konflik. Pendekatan budaya juga dapat didukung oleh kegiatan keagamaan meskipun bukan berarti seorang prajurit harus memiliki keyakinan dan keimanan yang sama. Tujuannya adalah harmonisasi kehidupan antar umat yang berlandaskan Pancasila dengan gagasan pluralisme dalam sosiologis. Gagasan pluralisme sosiologis tidak memisahkan satu golongan dengan golongan lain sekalipun berbeda agama. Jika terdapat kelompok agama yang dianggap radikal atau menyimpang, prajurit TNI wajib datang dengan keteguhan hati serta keyakinan yang kuat untuk mencegah paham tersebut merusak kerukunan. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi kebudayaannya, maka budaya tersebut akan ditempatkan sebagai suatu nilai yang mulia dan sakral sehingga mengikat kuat segala perilaku masyarakatnya. Di titik inilah kerangka besar konsep Humanisme TNI masuk ke dalam bagian Sistem Pertananan Rakyat Semesta. Humanisme dalam konsep Sishanrata akan membentuk pertahanan yang kuat, pertahanan yang partisipatif dan kolaboratif. Pada akhirnya pendekatan humanisme adalah langkah strategis bagi TNI untuk membangun tahta di hati rakyat. Kolonel Arh Zaenudin, 0734/Yogyakartanun
Profesi TNI dalam Lukisan Sumber bing – Pada banyak lukisan, profesi TNI sering digambarkan sebagai pahlawan yang berjuang untuk kepentingan rakyat Indonesia. TNI membantu rakyat Indonesia dalam berbagai bidang, mulai dari bencana alam hingga keamanan nasional. Lukisan-lukisan ini memperlihatkan betapa eratnya kemanunggalan TNI dan rakyat Indonesia yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Banyak karya seni yang menggambarkan rasa terima kasih rakyat Indonesia kepada TNI, seperti melalui lukisan-lukisan yang menampilkan scene saat TNI membantu memadamkan kebakaran hutan atau pada momen-momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Lukisan juga memperlihatkan kerja keras dan dedikasi para Tentara dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam karya seni seperti ini, TNI digambarkan sebagai sumber inspirasi bagi rakyat Indonesia. Karya-karya ini memperlihatkan betapa pentingnya TNI dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dan bagaimana kemanunggalan TNI dan rakyat selalu terjaga. TNI selalu berada di sisi rakyat Indonesia. Dalam keadaan sulit atau bahkan dalam keseharian, TNI sering terlihat membantu rakyat Indonesia dalam berbagai hal. Pada saat bencana alam terjadi, TNI selalu cepat merespon dan membawa bantuan kepada yang membutuhkan. TNI juga terus menggelar program-program sosial untuk membantu masyarakat Indonesia. Hubungan kemanunggalan TNI dan rakyat Indonesia menjadi hal yang sangat penting. Kemanunggalan ini terus ditanamkan dalam benak seluruh Tentara, sebagai suatu tanggung jawab untuk melindungi kepentingan rakyat dan negara Indonesia. TNI tidak hanya menjadi penjaga keamanan negara, namun juga menjadi pelindung dan penolong bagi masyarakat Indonesia. Setiap karya seni yang memperlihatkan kemanunggalan TNI dan rakyat Indonesia, memperlihatkan bahwa TNI dan rakyat selalu berada dalam satu bingkai. Kemanunggalan ini tidak hanya sebatas slogan, namun menjadi sebuah kenyataan bagi masyarakat Indonesia. Dedikasi TNI dalam Pendidikan TNI selalu memperhatikan pendidikan di Indonesia, dan membantu meningkatkan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Program-program pendidikan seperti Kuliah Kerja Nyata yang dilakukan TNI selalu memperlihatkan betapa pentingnya kunjungan lapangan dan keterlibatan TNI dalam pendidikan di Indonesia. Dalam karya seni seperti lukisan, TNI sering digambarkan sedang memperlihatkan support dalam hal pendidikan. Dalam kunjungan ke sekolah-sekolah, TNI sering kali memberikan harga diri tersendiri bagi para pelajar. Dedikasi TNI dalam pendidikan menjadi bagian dari kemanunggalan dengan rakyat Indonesia, karena mereka turut serta membangun masa depan Indonesia. TNI terus memperlihatkan kepedulian terhadap pendidikan, dan karya seni seperti lukisan selalu memperlihatkan bagaimana kepedulian ini ditunjukkan TNI kepada masyarakat Indonesia. TNI dan Kemanunggalan dalam Budaya Lokal TNI selalu memperhatikan budaya lokal di Indonesia, dan memperlihatkan kepedulian terhadap tradisi serta budaya Indonesia. Dalam karya seni seperti lukisan, TNI sering digambarkan sedang memperlihatkan support terhadap budaya dan tradisi Indonesia. Dalam program-program seperti TMMD, TNI bekerja sama dengan masyarakat Indonesia dalam memperlihatkan kepedulian terhadap kebudayaan lokal. TNI bekerja sama dengan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur yang melibatkan kebudayaan lokal. Kemanunggalan TNI dan rakyat Indonesia menjadi sangat terlihat dalam program-program seperti ini. Setiap karya seni yang memperlihatkan kemanunggalan TNI dan rakyat Indonesia dalam hal kebudayaan, memperlihatkan betapa pentingnya untuk memperlihatkan support terhadap keanekaragaman budaya dan tradisi di Indonesia. Saya Eka Sulistiyana, seorang penulis blog pendidikan yang percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Dalam tulisan-tulisan saya, saya berbagi informasi tentang berbagai topik pendidikan Saya Eka Sulistiyana, seorang penulis blog pendidikan yang percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan. Dalam tulisan-tulisan saya, saya berbagi informasi tentang berbagai topik pendidikan
TNI manunggal bersama rakyat merupakan jargon yang sering kali didengungkan kelompok militer. Kalimat ini sejatinya mengandung makna sosiologis dan politis. Sosiologis karena hendak menunjukkan bahwa TNI lekat dengan rakyat dan selalu berada di tengah-tengah rakyat. Setidaknya ini dilakukan ketika era Orde Baru muncul istilah 'tentara masuk desa', yang berarti melibatkan anggota TNI dalam pelaksanaan program pembangunan di desa. Kalimat manunggal bersama rakyat juga dapat dilihat dari makna politis yang menunjukkan TNI mendapat kekuatan dan kekuasaan dari rakyat meski hal ini sesungguhnya sempat disalahgunakan pemerintahan Orba karena memanfaatkan konsep kemanunggalan untuk memperkukuh kekuasaan dengan basis kekuatan militer. Konsep TNI manunggal bersama rakyat yang sebenarnya sudah muncul ketika sebelum reformasi, tetapi sesungguhnya pernah hampir luntur ketika terjadi peristiwa reformasi pada 1998. Dalam peristiwa politik yang terjadi di 1998, TNI sempat menjadi pesakitan sebab lembaga ini banyak dipersalahkan rakyat atas segala tragedi sosial, politik, ekonomi, bahkan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Pemanfaatan militer untuk mempertahankan kekuasaan Orba dan penempatan militer dalam banyak lini sektor organisasi pemerintahan serta perusahaan negara telah membuat TNI tidak hanya menjadi 'anak emas', tetapi juga bagian dari kekusaaan itu sendiri. Ketika pada masa Orba TNI digunakan sebagai alat mempertahankan kekuasaan, tidak jarang tindakan-tindakan represif diberikan anggota TNI kepada para aktivis. Padahal, urusan TNI adalah urusan pertahanan. Namun, pada saat itu kondisi ini mungkin sengaja tidak diatur secara jelas oleh pemerintah. Tidak hanya dalam urusan pembubaran aksi, bahkan kadang kala militer turut dilibatkan dalam beberapa proses penangkapan aktivis yang dianggap 'membahayakan' meski sesungguhnya lagi-lagi terjadi penyalahgunaan tafsir 'membahayakan' oleh pemerintah Orba. Mereka yang berdemonstrasi dianggap memberi ancaman terhadap keamanan meski sesungguhnya tidak. Begitupun dalam bidang ekonomi dan pemerintahan, TNI yang seharusnya fokus pada aspek perlindungan negara justru banyak menempatkan anggota-anggotanya pada beberapa lembaga ekonomi dan pemerintahan, baik di pusat maupun daerah. Hal yang tidak asing pada saat Orba berkuasa, ketika beberapa perwira militer aktif kemudian menjadi pemimpin di beberapa perusahaan negara, juga ketika beberapa perwira aktif kemudian ada yang menjadi kepala daerah. Apa yang terjadi dan dilakukan pemerintah Orba pada saat itu seolah ingin semua keputusan yang diambil dalam berbagai organisasi dan lini sektor, dari pusat sampai daerah, menjadi tersentral. Struktur dan kebijakan ini mirip dengan karakteristik rantai komando militer yang terpusat. Era reformasi Di awal-awal bergulirnya reformasi, kondisi TNI seperti berbalik 180 derajat, yaitu dari awalnya dikagumi dan dicintai kemudian seolah dianggap menjadi penghalang atau musuh. Ini terjadi karena adanya pemanfaatan militer oleh Orba untuk mempertahankan kekuasaan pemerintahan dan sikap aparat militer yang bersama-sama aparat kepolisian selalu bertindak represif ketika menyikapi aksi demonstran. Lunturnya kepercayaan sebagian besar masyarakat atas institusi militer menjadikan TNI sebagai pesakitan, disalahkan atas berbagai peristiwa masa lalu, dan dianggap sebagai penghambat kemajuan demokrasi. Kondisi ini untungnya tidak disikapi secara emosional oleh kelompok militer, khususnya pimpinan militer. Pada 1999 Jenderal TNI Wiranto selaku panglima mengambil langkah dan keputusan tepat untuk melakukan reformasi di internal tubuh TNI. Kebijakan ini, meski mungkin bukan hal yang populis di sebagian anggota TNI, menjadi penentu diperolehnya kembali kepercayaan rakyat di masa ini. Kebijakan reformasi internal TNI menjadi beriringan dengan arah kebijakan reformasi yang dikehendaki rakyat dan wakil rakyat pada saat itu, ketika TNI mulai dikembalikan pada posisinya sebagai alat pertahanan. Mereka dipisahkan dengan institusi kepolisian sehingga meminimalkan potensi tindakan-tindakan represif jika terjadi aksi demonstrasi. Selain itu, dalam agenda reformasi, TNI juga dilarang berpolitik dan berbisnis, sebab dapat membuat TNI sangat jauh menyimpang dari tugas pokok dan fungsinya. Proses untuk mampu membuat militer sepenuhnya tidak berpolitik dan berbisnis memang dilakukan dengan bertahap. Diperlukan sebuah proses adaptasi dan pembiasaan terlebih dahulu sehingga pada akhirnya mampu diterima secara baik oleh semua unsur di dalam militer. Hasilnya ialah saat ini proses depolitisasi militer telah mencapai tahapan yang sepenuhnya dianggap memuaskan meski memang ada sebagian pihak yang tetap ingin mencoba menarik-narik kembali militer untuk berpolitik. Untuk menghadapi persoalan adanya tarik ulur kepentingan politik itu, Panglima TNI perlu dengan tegas menyatakan diri bahwa institusi militer tidak lagi dan tidak akan masuk ranah politik karena akan menghancurkan nilai-nilai demokrasi yang sudah dibangun. Bagi TNI, hal yang perlu diingat ialah proses mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya membutuhkan sebuah pengorbanan. Kembali diserukannya TNI manunggal bersama rakyat sejatinya saat ini tidak diposisikan untuk kepentingan politik praktis tetapi untuk kepentingan politik kebangsaan, yaitu memperkuat kedaulatan negara dan bangsa di mata negara lain. Politik kebangsaan yang dapat dan perlu dimainkan TNI ialah dengan menjadikan bangsa ini tetap bersatu dan berjuang menghadapi tantangan masa depan. Rakyat saat ini sudah kembali memiliki kepercayaan dan atensi yang positif terhadap TNI dan hal itu tentunya harus dijaga dengan baik. Rakyat di sisi lain juga saat ini mulai membutuhkan bantuan TNI dan ini yang perlu mendapat atensi. Kembali berpolitik bukan sebuah pilihan bijak. Namun, kembali ke rakyat merupakan sebuah pilihan yang sangat bijak. Ketika kembali ke rakyat, sesungguhnya TNI benar-benar mengimplementasikan apa yang disebut manunggal dengan rakyat. Sebagaimana hal yang perlu diapresiasi ialah ketika TNI memiliki kepedulian terhadap persoalan pertanian. Atas perintah dan kebijakan presiden, TNI dapat membantu menciptakan sebuah ketahanan pangan. Di era reformasi ini, banyak hal yang juga dapat dilakukan TNI untuk menjadikan bangsa semakin kuat. Kuatnya bangsa ialah kuatnya juga TNI. Untuk memperkuat kebangsaan, TNI dapat membantu pemerintah dalam menumbuhkan semangat dan wawasan kebangsaan kepada para pemuda. Hambatan yang mungkin dihadapi pemuda lebih bersifat kompleks, seiring dengan globalisasi yang dapat memberikan dampak negatif dari segi kultur dan perilaku sosial. Kemampuan TNI dalam membantu memecahkan persoalan bangsa dan tantangan bangsa menjadi titik penting yang perlu diperhatikan. Presiden Jokowi dan Panglima TNI saat ini perlu untuk terus menjaga dan meyakinkan bahwa TNI akan terus mampu menjadi tentara yang profesional. Keinginan agar tentara kuat bersama rakyat, selain perlu dilakukan melalui penguatan rakyat, juga perlu dilakukan melalui penguatan TNI secara tugas pokok dan fungsinya. Pemenuhan kesejahteraan prajurit serta perbaikan dan modernisasi alutsista menjadi hal penting yang tetap harus diperhatikan. Semoga dengan Dirgahayu TNI, kemanunggalan TNI dan rakyat akan menciptakan rakyat dan TNI yang kuat.
Komandan Kodim Dandim 1710/Mimika Letkol Inf Windarto, melaksanakan kunjungan kerja ke kantor Sekda Mimika dalam rangka meninjau kesiapan pembukaan Tentara Manunggal Membangun Desa TMMD ke-98 Tahun 2017, di wilayah Kodim 1710/Mimika, Papua, Rabu 29/3/2017. Dandim 1710/Mimika mengatakan, sebagai Satuan Kewilayahan, Kodim 1710/Mimika harus menuntaskan kewajiban ini dengan sempurna guna membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Namun dalam mewujudkan itu semua diperlukan kerja sama yang apik antara TNI, Pemda dan instansi terkait serta dukungan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Mimika,”ujarnya. “Kemanunggalan TNI-Rakyat merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional bagi bangsa Indonesia. “Oleh karena itu, kemanunggalan TNI-Rakyat harus dijaga kelestarianya bahkan harus dimantapkan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,”ungkap Letkol Inf Windarto, Dandim menyampaikan, kegiatan TMMD tidak hanya fokus kepada pembangunan fisik saja tetapi juga pembangunan non fisik berupa penyuluhan untuk membangun SDM masyarakat Papua. “TMMD 98 ini akan dilaksanakan di Desa Bhintuka SP13, Distrik Kuala Kencana dengan sasaran fisik berupa pembangunan MCK, penimbunan halaman dan perbaikan Gereja serta Masjid,”ungkapnya. Letkol Letkol Inf Windarto, menjelaskan, TNI merupakan kekuatan yang tidak bisa dipisahkan dari rakyat. “Oleh karena itu, TNI senantiasa berkeinginan untuk mengabdikan diri sebagai alat pertahanan dan keamanan maupun sosial khususnya melalui TMMD Manunggal bersama rakyat bahu membahu daalam mensukseskan pembangunan nasional,”pesannya. Sementara itu Sekda Mimika Ausilius Youw mengapresiasi program TMMD yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Mimika, karena program tersebut sejalan dengan visi dan misi pemerintah dalam rangka membangun wilayah dan masyarakat. “Apa yang diprogramkan TNI dalam memajukan pembangunan pedesaan wajib kita dukung, karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat pedesaan,”tuturnya. Terkait
Ciamis - Puluhan pelajar di Ciamis mengisi kemerdekaan Indonesia dengan mengikuti lomba melukis. Lomba melukis tersebut mengusung tema kemanunggalan TNI dengan rakyat melukis ini digelar Kodim 0613 Ciamis Selasa 14/8/2018. Berbekal kanvas dan cat yang telah disediakan, sebanyak 25 pelajar dari perwakilan setiap Koramil di wilayah Ciamis dan Pangandaran menunjukan kebolehannya dalam Nia Kurniasi, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kawali yang melukis anggota TNI sedang membantu memadamkan kebakaran yang menimpa rumah warga. Sehingga kerjasama antara warga dengan TNI dapat memadamkan kebakaran tersebut. "Dulu perjuangan TNI itu melawan penjajah sampai Indonesia merdeka, sekarang TNI lebih dekat dengan masyarakat, membantu masyarakat. Tentunya ini bisa memberkuat persatuan untuk bangsa yang sejahtera," ujar Nia saat ditanya disela-sela HUT RI yang ke 73 tahun ini, Nia berharap bangsa Indonesia bisa lebih sejahtera. Sebagai pelajar, dalam mengisi kemerdekaan tentunya harus lebih giat belajar."Sebagai pelajar dalam mengisi kemerdekaan ini tentu tugasnya belajar, suatu saat nanti kami bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik," jelas lomba melukis kemanunggalan TNI dengan rakyat Foto Dadang HermansyahSementara siswa lainnya, Tina, melukis dengan menggambarkan anggota TNI tengah ikut membantu panen di ladang masyarakat. Menurutnya, dengan adanya bantuan dari anggota TNI akan lebih meringankan beban para petani. Sehingga pekerjaan lebih cepat selesai, selain itu kedekatan antara TNI dan rakyat terjaga dengan baik."Semoga ke depannya, anggota TNI tetap dekat dengan rakyat. Sehingga kami sebagai rakyat dapat merasa aman dan nyaman," ujar itu, Kasdim 0613 Ciamis Mayor Inf Nurohman mengatakan lomba melukis sengaja digelar untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI ke 73. Tujuannya untuk membangun kebersamaan kemanunggalan TNI dengan rakyat."Kegiatannya ada dua, melukis dan lomba tari, kami ingin meningkatkan dan menumbuhkan budaya-budaya di daerah. Ini juga sebagai langkah untuk menanamkan rasa nasionalisme dan mencegah radikalisme," ujar NurohmanTonton juga video 'Ada Spanduk HUT RI dari Bungkus Kopi'[GambasVideo 20detik] mud/mud
lukisan kemanunggalan tni dan rakyat